PEMBELAJARAN CTL
PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING)
Pembelajarn
kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian
sebenarnya (Authentic Assessment).
PERBEDAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN
TRADISIONAL
Kontekstual
1. Menyandarkan
pada pemahaman makna.
2. Pemilihan
informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3. Siswa
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
4. Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5. Selalu
mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
6. Cenderung
mengintegrasikan beberapa bidang.
7. Siswa
menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir
kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8. Perilaku
dibangun atas kesadaran diri.
9. Keterampilan
dikembangkan atas dasar pemahaman.
10. Hadiah dari
perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11. Siswa tidak
melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12. Perilaku baik
berdasarkan motivasi intrinsik.
13. Pembelajaran
terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14. Hasil
belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
1. Menyandarkan pada
hapalan
2. Pemilihan
informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3. Siswa secara
pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4. Pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5. Memberikan
tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
6. Cenderung terfokus
pada satu bidang (disiplin) tertentu.
7. Waktu belajar
siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan
(kerja individual).
8. Perilaku dibangun
atas kebiasaan.
9. Keterampilan
dikembangkan atas dasar latihan.
10. Hadiah dari
perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
11. Siswa tidak
melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12. Perilaku baik
berdasarkan motivasi entrinsik.
13. Pembelajaran
terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
14. Hasil
belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
PENERAPAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS
Kembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri
untuk semua topik
2. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya.
3. Ciptakan masyarakat belajar.
4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6. Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
TUJUH KOMPONEN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
1. Konstruktivisme
a. Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman
baru berdasar pada pengetahuan awal.
b. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
a. Proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
b. Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning
(Bertanya)
a. Kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
b. Bagi
siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
4. Learning Community
(Masyarakat Belajar)
a. Sekelompok
orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
b. Bekerjasama
dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
c. Tukar
pengalaman.
d. Berbagi ide
5. Modeling
(Pemodelan)
a. Proses penampilan suatu contoh agar orang lain
berpikir, bekerja dan belajar.
b. Mengerjakan apa
yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection (
Refleksi)
a. Cara
berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
b. Mencatat
apa yang telah dipelajari.
c. Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic
Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
a. Mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa.
b. Penilaian
produk (kinerja).
c. Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
1. Kerjasama
2. Saling
menunjang
3. Menyenangkan,
tidak membosankan
4. Belajar
dengan bergairah
5. Pembelajaran
terintegrasi
6. Menggunakan
berbagai sumber
7. Siswa
aktif
8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis guru
kreatif
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya
siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar
melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
3) Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
4) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat
untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil
temuan mereka di lapangan. 5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh
siswa, bukan hasil pemberian dari guru.
6) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna.
Kelebihan
1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran
Kontekstual berlangsung.
2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat
menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.
3) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam CTL,
guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran
guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan
tahap perkembangannya.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa
yang diterapkan semula
Komentar
Posting Komentar