SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA


SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
http://kampusupdate.com/wp-content/uploads/2015/01/kurkul-dari-masa-ke-masa.jpg
            Kurikulum merupakan prasarana tujuan pendidikan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Dengan adanya kurikulum baik pengajar maupun peserta didik harus mengikuti pedoman pendidikan yang sudah ditentukan dalam bentuk kurikulum tersebut. Namun kurikulum harus berubah dan mengikuti perkembangan zaman. Perubahan kurikulum juga harus mengarah ke perubahan yang lebih baik karena kurikulum dapat  menentukan kehidupan bangsa karena kemajuan suatu bangsa selain dilihat dari pembangunan dilihat juga dari aspek pendidikan. Dalam perjalanan sejarah kurikulum di Indonesia sudah mengalami beberapa pergantian. Pergantian Menteri Pendidikan juga akan mempengaruhi kurikulum yang digunakan sehingga mutu pendidikan di Indonesia sendiri kurang memenuhi strandar mutu yang jelas. Bahkan para pengajar maupun peserta didik menjadi bingung harus mengikuti kurikulum yang sering berganti-ganti. Berikut peekembangan kurikulum yang pernah terjadi di Indonesia.
1. Kurikulum 1946-1959
            Pada tahun 1947, Indonesia mempunyai kurikulum yang dikenal dengan sebutan Rencana Pembelajaran (Istilah Belanda=leerplan). Kurikulum tersebut masih dipengaruhi oleh sistem pendidikan kolonial Belanda. Orientasi Rencana Pembelajaran tidak menekankan pada pendidikan pikiran tetapi lebih mengutamakan budi pekerti. Namun karena masih dipngaruhi oleh sistem pengajaran Belanda, sistem pendidikannya pun bersifat diksriminatif. Kurikulum tersebut dibuat dengan tujuan untuk melestarikan penjajahan Belanda karena anak-anak yang bersekolah ditekankan pada pelajaran membaca, menulis dan berhitung sehingga dapat dipekerjakan oleh Belanda.
            Di samping sekolah dengan kurikulum berbau kolonial Belanda, ada sekolah yang telah dikembangkan oleh KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara yang menggunakan sistem barat tetapi diterapkan juga pelajaran Islam. Taman Siswa, sekolah yang telah didirikan tersebut lebih menekankan pelajaran modern yang berbasis keagamaan.
            Kurikulum zaman penjajahan Jepang juga pernah diterapkan di Indonesia yang digolongkan menjadi Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah Pertama dan Pendidikan tinggi, yang bertujuan untuk menyediakan prajutit guna menghadapi perang Asia Timur Raya.
            Selanjutnya pada tahun 1952, Kurikulum Rencana Pembelajaran mengalami penyempurnaan menjadi Rencana Pembelajaran Terurai. Kurikulum ini sudah mengarah ke sistem pendidikan nasional. Ciri kurikulum Rencana Pembelajaran Terurai adalah dibentuknya kelas masyarakat, yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Selain itu terdapat kelas ketrampilan yang nantinya masyarakat yang tidak melanjutkan sekolah dapat langsung bekerja.
            Dari apa yang dikemukakan diatas, tampak bahwa kurikulum yang diterapkan di Indonesia ditujukan pada pembentukan karakter, keagamaan dan ketrampilan. Sayangnya, pelajaran agama tidak tercantum dalam rencana pelajaran 1947 baik untuk sekolah rendah, SMP, maupun SMA. Selain itu, pelajaran ilmu alam baru diajarkan di kelas 5 dan 6 sehingga sulit untuk mendukung tujuan pengembangan cinta kepada alam.
2. Kurikulum 1959-1968
            Setelah beberapa tahun, kurikulum 1952 juga mengalami perkembangan. Pemerintah kembali menyempurnakan kurikulum yang diberi nama Rencana Pendidikan 1964. Ciri kurikulum ini yaitu pengetahuan akademik lebih ditekankan untuk jenjang SD, sehingga dipusatkan pada program pancawardhana (Hasan, 2013). Tujuannya untuk mengembangkan berbagai aspek kemanusiaan seorang peserta didik. Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Dibalik tujuan dari program tersebut, ternyata ada tujuan lain yang berbeda dari tujuan awal. Tujuan yang dimaksud disini adalah kurikulum tersebut digunakan untuk menghasilkan manusia susila yang sosialis bukan manusia susila yang demokratis. Pada kurikulum  ini, politik mempengaruhi pendidikan dalam bentuk pendidikan ideologi. Kurikulum ini memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana).
            Kurikulum 1968 adalah penyempurnaa dari kurikulum 1964. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen (Wirianto, 2014). Tujuan kurikulum 1968 adalah pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan jasmani, moral, budi pekerti serta agama. Kurikulum 1968 bersifat politis. Mata pelajaran yang digunakan hanya mata pelajaran pokok saja, dan muatan materinya hanya teoritis tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lingkungan.
3. Kurikulum 1975 – 1994
            Kurikulum 1975,dikembangkan berdasarkan proses dan prosedur yang didasarkan pada teori pengembangan kurikulum. Kurikulum 1975 tidak berorientasi kepada pembangunan, meskipun demikian bukan berarti kurikulum 1975 tidak dipengaruhi oleh aspek politik. Untuk SD, beradasarkan kurikulum tersebut tidak mengenal pengelompokan mata pelajaran. Dari 9 mata pelajaran semua wajib dipelajari kecuali IPS. Pada kurikulum ini juga terjadi pergantian nama mata pelajaran dari Pendidikan Kewargaan Negara menjadi Pendidikan Moral Pancasila dan mata pelajaran berhitung diganti Matematika. Kurikulum SMP terdapat kelompok mata pelajaran Pendidikan Umum, Pendidikan Akademis dan Pendidikan Ketrampilan. Kurikulum SMA sama halnya dengan kurikulum SMP.
            Sepuluh tahun kemudian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum 1984. Setelah ini, muncullah kebijakan untuk mengganti kurikulum setiap 10 tahun sekali. Perkembangan dunia politik, sosial, budaya, agama, ekonomi, seni, teknologi tidak berpengaruh terhadap kurikulum. Kurikulum 1984 lebih didominasi oleh pendidikan idiologi. Pendidikan Pancasila menjadi mata pelajaran wajib dari SD hingga perguruan tinggi. Kurikulum SD 1984 memiliki struktur sama dengan kurikulum SD 1975. Struktur kurikulum SMP 1984 sama dengan struktur kurikulum SMP 1975. Mata pelajaran yang masuk dalam kelompok Pendidikan Ketrampilan di kurikulum SMP 1984 mengalami perubahan dibandingkan kurikulum SMP 1975. Program pendidikan ketrampilan dapat dirancang untuk semester ganjil atau semester genap untuk setiap kelas.
            Pada tahun 1994, Pemerintah meresmikan kurikulum baru. Orientasi kurikulum ini yaitu pengajaran disiplin ilmu (Hasan, 2013) Pada kurikulum ini, materi sejarah dalam kurikulum sebelumnya dianggap kurang memadai dan tidak lengkap, maka kurikulum 1994 menyempurnakannya. Namun, dengan dihapusnya mata pelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa, isi kurikulum mengenai sosial dan sejarah menjadi berkurang sementara isi kurikulum yang berkenaan dengan IPA semakin bertambah. Kurikulum SD terdiri tas 10 mata pelajaran, kurikulum SLTP sama perperti kurikulum SD dan terjadi penambahan jam pelajaran. Kurikulum SMA mengalami perubahan yaitu dibentuknya Kelompok Khusus dan Kelompok Umum. Kelompok Khusus mempunyai tiga program, yaitu Program Bahasa, Program IPA, dan Program IPS.
4. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
            Pemerintah mempersiapkan kurikulum yang semula dinamakan kurikulum 2004. Kurikulum 2004 dikembangkan berdasarkan pendekatan kompetensi sehingga dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pendekatan kompetensi tersebut didasarkan atas pemikiran bahwa pendidikan itu mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja.
5. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
            KTSP ini disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang kemudian ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. KTSP merupakan kurikulum berorientasi pada kompetensi, oleh sebab itu kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari KBK. KTSP dikembangkan berdasarkan otonomi daerah karena semua urusan pendidikan tidak semuanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat tetapi juga pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sehingga guru dituntut untuk mengembangkan silabus dan penilaian sesuai dengan kondisi daerah masing-masing sekolah. Namun, akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil karena pihak sekolah dan guru belum memahami seutuhnya mengenai KTSP.
6. Kurikulum 2013
            Kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan, modifikasi dan pemutakhiran dari kurikulum sebelumnya. Penerapan kurikulum 2013 hanya di sekolah-sekolah tertentu sebagai uji coba. Namun, karena kurikulum 2013 ini tidak diterapkan di semua sekolah, akibatnya banyak sekolah yang masih menggunakan kurikulum lama dan ada sekolah yang menggunakan kurikulum baru. Hal ini menyebabkan perbedaan kurikulum pada setiap daerah sehingga tujuan nasional pun belum tercapai bersama. Bahkan kurikulum 2013 sempat menjadi kontroversi berbagai pihak karena dianggap terlalu membebani siswa. Kurikulum 2013 sempat digantikan dengan kurikulum lama lalu diganti lagi menggunakan kurikulum 2013 yang semkain membuat rancu dunia pendidikan. Pihak sekolah terutama guru dan siswa menjadi bingung karena pergantian kurikulum tersebut.
            Berdasarkan uraian diatas, menurut saya sebaiknya Menteri Pendidikan menerapkan kurikulum secara merata pada semua sekolah di seluruh daerah Indonesia, sehingga tidak kan terjadi kesenjangan dan kerancauan. Kurikulum sebaiknya dibuat berdasarkan perkembangan zaman, tetapi harus memperhatikan aspek yang ada baik sekolah, pengajar maupun peserta didik. Sebelum kurikulum baru diterapkan sebaiknya dilakukan sosialisasi dan pembimbingan kepada sekolah dan guru sehingga semua pihak memahami dengan betul program apa saja yang diterapkan dalam kurikulum tersebut. Pergantian kurikulum sebaiknya dilakukan secara teratur, misalnya 10 tahun sekali, jangan setiap ganti Menteri Pendidikan kurikulumnya diganti karena itu akan membingungkan dan mempersulit sekolah, guru dan peserta didik.
" MAJUKAN PENDIDIKAN DENGAN KURIKULUM YANG BERKUALITAS"

DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Hamid. 2013. Perkembangan Kurikulum: Perkembangan Ideologis Dan Teoritik Pedagogis (1950 – 2005).(Online), (http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/s_hamid_hasan.pdf), diunduh tanggal 29 Januari 2017.
Wirianto, Dicky. 2014. Persperktif Historis Transformasi Kurikulum di Indonesia. Islamic Studies Journal, 2(1): 133-147.



           
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBELAJARAN CTL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF