TEORI BELAJAR KOGNITIF
TEORI BELAJAR
KOGNITIF

Pada dasarnya belajar adalah suatu
proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia
sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk
memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pemahaman, tingkah laku, ketrampilan
dan nilai sikap. Ada beberapa teori belajar, yaitu 1) teori behavioristik yang
sudah dijelaskan pada blog minggu lalu, 2) Teori Kognitif; 3) Teori
konstruktivitas. Kali ini akan membahas mengenai teori kognitif.
Istilah “ Cognitif” berasal dari
kata “ Cognition” yang padanannya “Knowing” berarti mengetahui. Jadi kognisi
adalah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Istilah kognitif menjadi
salah satu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang
berakitan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Teori belajar kognitif adalah teori yang belajar yang memandang bahwa belajar adalah
proses pemusatan pikiran (kegiatan mental). Teori belajar tersebut beranggapan
bahwa individu yang belajar itu memiliki kemampuan potensial, sehingga tingkah
laku yang bersifat kompleks bukan hanya sekedar dari jumlah tingka laku yang
sederhana, maka dalam hal belajar menurut aliran ini adalah mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar. Berbeda dengan teori blajar behavioristik yang
menekankan pada stimulus dan respon. Menurut teori kognitif, belajar bukan
sekedar melibatkan stimuus dan respon tetapi belajar juga melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Jadi yang menjadi prioritas perhatian adalah pada proses
bagaimana suatu ilmu yang baru bisa beasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya
dikuasai oleh masing-masing individu.
Dalam teori belajar kognitif, terdapat
teori belajar pengolahan informasi. Stimulus fisik, seperti cahaya, panas,
tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang an disimpan secara cepat
di dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek. Apabila informasi
diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem
penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut
diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka
panjang.
Kebanyakan,
peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang.
Tapi bisa juga terjadi karena seseorang
kehilangan kemampuannya dalam
mengingat informasi yang
telah ada di
dalam 5 memori jangka panjang.
Bisa juga karena
interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan
atau tergeser oleh informasi lain.
Ciri-Ciri Teori
Belajar Kognitif
- a.
Mementingkan apa yang ada pada diri si anak
- b.
Mementingkan keseluruhan
-
c. Mementingkan peranan kognitif
-
d. Mementingkan keseimbangan dalam diri si pelajar
-
e. Mementingkan kondisi pada waktu sekarang
- f.
Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Teori belajar kognitif didasarkan pada
empat prinsip dasar:
1. Pembelajar aktif dalam upaya untuk
memahami pengalaman.
2. Pemahaman
bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui.
3. Belajar membangun pemahaman dari pada
catatan.
4. Belajar adalah perubahan dalam struktur
mental seseorang.
Tokoh-Tokoh Teori Kognitif
1. Jean Piaget
Menurut
Piaget, kognitif merupakan suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem saraf. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan
mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Perkembangan
kognitif tidak bisa dilihat sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara
kuantitatif, dengan kata lain daya berpikr atau kekuatan mental anak
yangberbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Proses
belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu :
1). Asimilasi
Proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada
di dalam benak seseorang individu. Asimilasi yaitu merubah lingkungan agar
sesuai dengan diri sendiri (dengan skema yang ada pada diri kita). Contoh : 1)
Makanan keras dikunyah dulu baru ditelan; 2) Bagi siswa yang sudah mengetahui
prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang ada dalam benak siswa), dengan
prinsip pekalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi.
2). Akomodasi
Akomodasi
yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Asimilasi ini merubah
diri (skema yang ada pada diri) agar sesuai dengan lingkungan ada. Pada akomodasi
ini terjadi penambahan skema-skema baru inilah menurut Piaget sebagai
perkembangan kognisi. Contoh : jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti
pemakaian prinsip perkalian tersebut dalam dan spesifik itu yang disebut
akomodasi.
3). Equilibrasi (penyeimbangan)
Penyesuaian
bekesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh: agar siswa tersebut
dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga
stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara
dunia dalam dan dunia luar.
Belajar
akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya memberi
banyak rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan
secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
2. Jerom Brunner
Teorinya
disebut free discovery learning. Proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh kehidupan sehari-hari.
Ada tiga perkembangan kognitif, yaitu:
1) Tahap enaktif,
individu melakukan aktivitasnya dalam upaya memahami lingkungan sekitar
menggunakan pengetahuan motorik.
2) Tahap ikonik,
individu memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi
verbal menggunakan perumpamaan dan perbandingan.
3) Tahap
Simbolik, individu mampu memliki ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
3. David Ausubel
Tokoh tersebut berpendapat bahwa menghafal
berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik
tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang
telah dimiliki. Belajar akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari
bermakna. Jadi keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan
bahan ajar yang dipelajari.
Komentar
Posting Komentar