TEORI BELAJAR SIBERNETIK
TEORI BELAJAR
SIBERNETIK
Menurut teori ini, belajar adalah
pengolahan informasi. Proses belajar memang penting, namun yang lebih penting
adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Tidak ada
satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk
semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
TEORI PEMROSESAN
INFORMASI
Tokoh teori
belajar sibernetik seperti Biehler dan Snowman (1986), Baine (1986), dan
Tennyson (1989) telah mengembangkan teori dan model pemrosesan yang menjelaskan
bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan, dan
dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan.
Teori-teori umumnya berpijak pada tiga asumsi, yaitu :
1. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu
seri tahapan pemrosesan informasi di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan
sejumlah waktu tertentu.
2. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan
tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
3.
Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas
Komponen pemrosesan informasi dipilah menjadi tiga
berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses
terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut, yaitu :
1) Sensory receptor merupakan sel tempat pertama kali informasi
diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya,
informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi
tadi mudah terganggu atau berganti.
2) Working
memory
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi
perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh
peran persepsi. Karakteristik WM, yaitu :
1) Memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7
slots. Informasi di dalamnya hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila
tanpa upaya pengulangan atau rehearsal.
2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus
aslinya.
Asumsi pertama berkaitan dengan penataan jumlah informasi, sedangkan
asumsi kedua berkaitan dengan peran proses kontrol. Artinya, agar informasi
dapat bertahan dalam WM, maka upayakan jumlah informasi tidak melebihi
kapasitas WM disamping melakukan rehearsal. Sedangkan penyandian pada tahapan
WM, dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantik, dipengaruhi oleh peran
proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
3) Long term
memory.
Long Term Memory
(LTM) diasumsikan:
1) Berisi semua
pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu
2) Mempunyai kapasitas
tidak terbatas
3) Bahwa sekali
informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Persoalan “lupa” pada tahapan ini
disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali (retrieval
failure) informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata dengan
baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi
jika diperlukan. Informasi disimpan di dalam LTM dalam bentuk prototipe, yaitu
suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi
sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain,
Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan informasi merupakan
proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki,
yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (knowledge base). Sedangkan
proses kontrol diasumsikan sebagai strategi yang tersimpan di dalam ingatan dan
dapat dipergunakan setiap saat diperlukan.
TOKOH ALIRAN
TEORI BELAJAR SIBERNETIK
1.Landa
1) Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir
yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus menuju kesatu
tujuan tertentu.
2) Proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir
devergen, menuju kebeberapa target tujuan sekaligus.
2.Pask dan Scott
Prinsip-prinsip belajar seperti:
1) Proses
mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna.
2) Proses
mental tersebut mampu menyandi informasi secara bermakna.
3) Proses
mental bermuara pada pengorganisasian pengaktulisasian informasi.
APLIKASI TEORI SIBERNETIK
Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses
belajar :
1. Kemampuan awal peserta didik, yaitu peserta didik telah
memiliki pengetahuan, atau keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum
mengikuti pembelajaran.
2. Motivasi, berperan sebagai tenaga pendorong yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertentu.
3. Perhatian, merupakan strategi kognitif untuk menerima dan
memilih stimulus yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian
banyak stimulus yang datang dari luar.
4. Persepsi, merupakan proses yang bersifat kompleks yang
menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari
lingkungannya.
5. Ingatan, adalah suatu sistem aktif yang menerima,
menyimpan, dan mengeluarkan kembali yang telah diterima seseorang. Ingatan
sangat selektif, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu ingatan sensorik, ingatan
jangka pendek, dan ingatan jangka panjang yang relatif permanen.
6. Lupa, merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan
dalam ingatan jangka panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah
diperoleh karena memang tidak ada.
7. Retensi, adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat
kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila
seseorang belajar, setelah beberapa waktu apa yang dipelajarinya akan banyak
dilupakan, dan apa yang diingatnya akan berkurang jumlahnya.
8. Transfer, merupakan suatu proses yang telah pernah
dipelajari, dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari materi yang baru.
Transfer belajar atau transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, atau respon-respon lain dari satu
situasi ke situasi lain.
Kondisi eksternal yang mempengaruhi proses belajar :
1. Kondisi belajar, dapat menyebabkan adanya modifikasi
tingkah laku yang dapat dilihat sebagai akibat dari adanya proses belajar. Cara
yang ditempuh pendidik untuk mengelola pembelajaran sangat bervariasi
tergantung pada kondisi belajar yang diharapkan.
2. Tujuan belajar, merupakan komponen sistem pembelajaran
yang sangat penting, sebab komponen-komponen lain dalam pembelajaran harus
bertolak dari tujuan belajar yang hendak dicapai dalam proses belajarnya
3. Pemberian umpan balik, merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi peserta didik, karena memberikan informasi tentang keberhasilan,
kegagalan, dan tingkat kompetensinya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SIBERNETIK
Kelebihan :
1) Cara
berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2) Penyajian
pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3) Kapabilitas
belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4) Adanya
keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5) Adanya
transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6) Kontrol
belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
7) Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang
jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk
kerja yang diharapkan.
Kekurangan :
1) Terlalu menekankan pada sistem informasi
yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
Komentar
Posting Komentar